Puluhan rumah di Jember, Jawa Timur, rusak akibat guncangan gempa berkekuatan Magnitudo 5,0 pada Kamis pagi 16 Desember 2021. Koordinator Mitigasi Gempa dan Tsunami di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, Daryono, menilainya sebagai alarm keras bahwa kualitas bangunan yang ada sangat buruk.
“Jika gempa magnitudo kepala 5 saja sudah membuat rumah kita banyak yang rusak, terus bagaimana jika gempanya bermagnitudo kepala 6, 7, dan 8?” kata dia menulis di akun media sosial Twitter, Jumat pagi ini, 17 Desember 2021.
Daryono menuturkan, banyaknya kerusakan bangunan akibat gempa Jember M5,0 menunjukkan mitigasi struktural terkait kualitas bangunan yang tahan dan aman gempa belum berjalan baik. Menurutnya, perlu evaluasi dan penilaian pada seluruh bangunan di daerah rawan gempa.
Seperti diketahui, BMKG telah menyerukan kesiapsiagaan atas potensi gempa hingga M8,7 dari laut selatan Jawa Timur. Potensi gempa yang sangat kuat itu sejalan dengan studi dari tim peneliti di ITB yang menyebut adanya ancaman gempa tsunamigenik dari selatan Jawa. Tinggi tsunami bisa sampai 12 meter di Jawa Timur.
Sementara Daryono menyertakan sejarah gempa merusak di wilayah Jember yang di antaranya gempa M5,9 pada 8 Juli 2013 yang menyebabkan kerusakan tujuh rumah. Ada lebih banyak lagi yang rusak akibat gempa M6,2 dan M6,1, masing-masing, pada 16 November 2016 dan 10 Oktober 2018.
Sedangkan, usai gempa M5,0 pada Kamis pagi lalu, kerusakan dialami 38 rumah. “Lokasi episenternya sama dengan Gempa Jember 1967 dengan guncangan mencapai skala intensitas VIII-IX MMI hingga menyebabkan banyak rumah rusak berat saat itu,” kata Daryono.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember, pada Kamis malam, menyebut total rumah rusak sebanyak 38 unit, satu di antaranya rusak berat. Di luar itu, dua unit bangunan fasilitas umum juga mengalami kerusakan. Lalu, sebanyak empat warga terluka.
Daryono menekankan pentingnya rumah aman gempa. Materialnya bisa dari kayu dan bambu. “Yang penting bukan rumah tembok asal bangun, tanpa besi tulangan dan kualitas tembok buruk yang membahayakan,” katanya sambil menambahkan, “Gempa tidak membunuh atau melukai, tapi rumah roboh penyebabnya.”
ANTARA